Kamis, 16 Juli 2020

Pudarnya Pesona Pantai Batu Layar

Pudarnya Pesona Pantai Batu Layar

Pantai Batu Layar merupakan pantai penuh kenangan. Pantai ini terletak di Lombok Barat berdekatan dengan makan Tuan Guru. Adanya makam ini yang menjadi salah satu daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat Lombok yang ingin berkunjung ke Pantai Batu Layar ini. Sekitar tahun 1998-2002 masih sangat kental tradisi ziarah kubur jika ingin ke Pantai Batu Layar ini. Inilah tampilan dari atas Pantai Batu Layar. Pengambilan gambar dilakukan pagi hari.





Seperti kebanyakan pasir-pasir pantai, pasir Pantai Batu Layar ini berwarna gelap. Jarak antara pantai dengan pohon-pohon tidak terlalu jauh, sehingga tidak membutuhkan jarak yang jauh untuk memantau yang mandi. 

Dulu sekitar tahun 1998-2004 banyak masyarakat Mataram yang tujuannya wisatanya ke Pantai ini, terlebih saat itu motor masih sangat minim orang memiliki. Sehingga alternatifnya adalah menggunakan sepeda atau CIDOMO. Cidomo ini merupakan alat angkutan umum tradisional yang ada di Lombok. Di Pulau Jawa biasa disebut delman. Perbedaannya terletak di roda yang digunakan. Cidomo menggunakan roda mobil, dan biasanya mampu menampung hingga 9 (sembilan) orang dalam 1 Cidomo. Dulu sifat kekeluargaannya masih sangat bagus, sehingga jika ada yang berwisata biasanya para anggota keluarga atau bahkan tetangga-tetangga yang lain ikut meramaikan. lebih dari 15 cidomo akan berangkat secara bersama-sama membentuk satu barisan, tentunya ini akan menambah keunikan sendiri bagi yang pergi berwisata menggunakan cidomo ini. Ukuran Panjang dari cidomo ini kurang lebih 3 meter lebarnya 1.5 - 2.5 meter, mempunyai atap pelindung dari hujan dan disertai dengan tirai hujan dari plastik yang di letakkan disamping dari cidomo tersebut. Bisa dibayangkan betapa panjangnya barisan yang dibentuk oleh cidomo-cidomo ini.

Adapun laju dari cidomo memang sangat lambat bila dibandingkan menggunakan sepeda motor. Zaman dahulu belom ada gadget atau sejenisnya. Biasanya perlombaan dalam adu kecepatan cidomo pada saat wisata akan menambah keseruan di saat perjalanan. Suara khas sepatu kuda yang bentrok dengan aspal menjadi nada-nada unik yang bisa membuat penumpangnya terlelap disaat pulang dari wisatanya. 

Biasanya berangkat dari rumah pagi sewaktu matahari baru terlihat, sampai ditempat tujuan kurang lebih 1 atau 2 jam. Namun sebelum ke pantai berziarah dulu ke makam tuan guru tersebut. Yang unik juga, di Pantai Batu Layar tersebut, belom ada yang menjual makanan, bahkan biaya masuk ke tempat tersebut masih gratis. Jadi siapapun yang masuk kesana tidak dikenakan biaya apapun. Saat tulisan ini di posting biaya masuknya Rp 5.000 untuk pengguna sepeda motor.

Untuk kebersihan pantainya tahuan 1998-2004 masih alami, masih belum ada sampah plastik seperti saat ini. Karena dulu membawa bekal biasanya menggunakan rantang atau toples untuk membawa makanan, dan menggunakan daun pisang sebagai piring tentunya menggunakan tangan untuk makan. Air biasanya dibawa menggunakan ceret atau cerek, belum terlalu doyan menggunakan air gelasan atau air galon. 

Ini adalah tampilan pantai pada saat postingan ini diterbitkan, kebetulan musimnya layangan dengan angin yang masih kenceng. Sehingga ombaknya lumayan besar.

 Posisi dari makam tuan guru tersebut ada di bawah ini



Untuk pasirnya memang agak sedikit kotor, tapi untuk air pantainya bersih padaa saat kunjungan terakhir kemaren. Terdapat karang dan sedikit rumput laut sekitar 10 - 20 meter dari pasirnya. Terdapat juga ikan-ikan kecil walaupun tidak terlalu banyak. Mungkin bagi yang ingin meilihat bisa agak jauhan, karena tidak ahli berenang dan tidak menggunakan pelampung hanya menggunakan kaca mata, jadi hanya sebatas itu. Dilain waktu mungkin bisa di potret kondisi dasar pantainya.

Kunjungan terakhir tanggal 12 Juli 2020, kunjungan lumayan ramai, hal ini mungkin karena kebosanan masyarakat akibat pandemi corona, atau bisa jadi karena akan memulai tahun ajaran baru. Kunjungan sebelumnya tidak serame ini, mungkin bisa dihitung hanya sekitar kurang dari 20 yang datang berkunjung.

Hal ini mungkin diakibatkan karena alat transportasi sudah banyak, propaganda tentang pesona pantai pasir putih atau pasir pink padahal banyak hal yang bisa dilakukan jika menggunakan pasir hitam (salah satunya mengubur sebagian tubuh, membuat rumah-rumahan, dan sebagainya), mencari pantai dengan gelombang ombak yang kecil (aman bagi balita) tapi lebih seru ketika bermain ombak yang sedikit besar karena ada keunikan sendiri, dibandingkan dengan bermain ombak yang kecil, mencari pantai yang pengunjungnya sedikit biar lebih tenang namun akses jalannya biasanya agak sedikit susah.

Mungkin hal ini yang membuat pudarnya pesona Pantai Batu Layar bagi sebagian orang, hanya saja kenyamanan, keberagaman kegiatan, keseruan, akses jalan yang bagus tidak semua obyek wisata bisa didapet kecuali di Pantai Batu Layar. Semoga bisa menjadi referensi bagi keluarga yang ingin berkunjung. Karena kenyaman tidak selamanya selalu sesuai dengan selera "orang" tapi apa yang kita butuhkan untuk quality time dan kualitas kegiatan. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar